Selasa, 08 September 2009

Jendela Rumah Sakit

Dua orang pria, keduanya menderita sakit keras, sedang dirawat di sebuah kamar rumah sakit. Seorang di antaranya menderita suatu penyakit yang mengharuskannya duduk di tempat tidur selama satu jam di setiap sore untuk mengosongkan cairan dari paru-parunya. Kebetulan, tempat tidurnya berada tepat di sisi jendela satu-satunya yang ada di kamar itu. Sedangkan pria yang lain harus berbaring lurus di atas punggungnya.Setiap hari mereka saling bercakap-cakap selama berjam-jam. Mereka membicarakan istri dan keluarga, rumah, pekerjaan, keterlibatan mereka di ketentaraan, dan tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi selama liburan. Setiap sore, ketika pria yang tempat tidurnya berada dekat jendela di perbolehkan untuk duduk, ia menceritakan tentang apa yang terlihat di luar jendela kepada rekan sekamarnya. Selama satu jam itulah, pria ke dua merasa begitu senang dan bergairah membayangkan betapa luas dan indahnya semua kegiatan dan warna-warna indah yang ada di luar sana. "Di luar jendela, tampak sebuah taman dengan kolam yang indah. Itik dan angsa berenang-renang cantik, sedangkan anak-anak bermain dengan perahu-perahu mainan. Beberapa pasangan berjalan bergandengan di tengah taman yang dipenuhi dengan berbagai macam bunga berwarnakan pelangi. Sebuah pohon tua besar menghiasi taman itu. Jauh di atas sana terlihat kaki langit kota yang mempesona. Suatu senja yang indah."
Pria pertama itu menceritakan keadaan di luar jendela dengan detil, sedangkan pria yang lain berbaring memejamkan mata membayangkan semua keindahan pemandangan itu. Perasaannya menjadi lebih tenang, dalam menjalani kesehariannya di rumah sakit itu. Semangat hidupnya menjadi lebih kuat, percaya dirinya bertambah.
Pada suatu sore yang lain, pria yang duduk didekat jendela menceritakan tentang parade karnaval yang sedang melintas. Meski pria yang ke dua tidak dapat mendengar suara parade itu, namun ia dapat melihatnya melalui pandangan mata pria yang pertama yang menggambarkan semua itu dengan kata-kata yang indah.
Begitulah seterusnya, dari hari ke hari. Dan, satu minggu pun berlalu.
Suatu pagi, perawat datang membawa sebaskom air hangat untuk mandi. Ia mendapati ternyata pria yang berbaring di dekat jendela itu telah meninggal dunia dengan tenang dalam tidurnya. Perawat itu menjadi sedih lalu memanggil perawat lain untuk memindahkannya ke ruang jenazah. Kemudian pria yang kedua ini meminta pada perawat agar ia bisa dipindahkan ke tempat tidur di dekat jendela itu. Perawat itu menuruti kemauannya dengan senang hati dan mempersiapkan segala sesuatunya. Ketika semuanya selesai, ia meninggalkan pria tadi seorang diri dalam kamar.
Dengan perlahan dan kesakitan, pria ini memaksakan dirinya untuk bangun. Ia ingin sekali melihat keindahan dunia luar melalui jendela itu. Betapa senangnya, akhirnya ia bisa melihat sendiri dan menikmati semua keindahan itu. Hatinya tegang, perlahan ia menjengukkan kepalanya ke jendela di samping tempat tidurnya. Apa yang dilihatnya?
Ternyata, jendela itu menghadap ke sebuah TEMBOK KOSONG!!!
Ia berseru memanggil perawat dan menanyakan apa yang membuat teman pria yang sudah wafat tadi bercerita seolah-olah melihat semua pemandangan yang luar biasa indah di balik jendela itu. Perawat itu menjawab bahwa sesungguhnya pria tadi adalah seorang yang buta bahkan tidak bisa melihat tembok sekalipun.
"Barangkali ia ingin memberimu semangat hidup" kata perawat itu.

Senin, 07 September 2009

Kaki Faiz Sakit

Huufft....kira'in hari niy bunda gag bisa masuk kerja, si abang faiz begitu bangun bobo, lsg bilang 'akitt nda..' kaki kanan nya gag bisa di injekin, begitu berdiri dia langsung duduk lagi, nangis minta gendong, padahal tadi malem masih lincah ke sana ke mari. Nahh loo panikk jg jadi nya, mana si nyai bu lagi pelatihan sertifikasi (nginep, gag pulang 9 hari), nyai mak masih tidur sesudah sholat subuh di masjid tadi, ayah nya faiz lagi ambil wudhu di kamar mandi. Masih aku coba'in abang nya buat jalan, tapi tetepp nangiss sambil bilang 'akitt ndaa, akitt ndaa'. Wahh mesti diurut niy. Pergilah kita bertiga ke tukang urut langganan keluarga ku, gag terlalu jauh dari rumah ku, begitu nyampe rumah wak ibu tuti (nama tukang urut langganan ku, red) si abang udah nangis duluan, dah tau kl ke sana pasti deh bakalan diurut, heee.....
Nangis kenceng jg siy waktu diurut, tapi kl di tanyain ini itu sama wak ibu tuti, teteppp ajaa abang nya jawab semua pertanyaan sambil nangis, hmm lucu nyaa anak ku...
Sesudah di urut di suruh jalan sama wak ibu tuti, eh alhamdulillah 1 - 2 langkah bisa jalan, tapi tetep nangis minta di gendong. Nyampe rumah, faiz nya masih belum bisa jalan sendiri, masih minta di pegangin kl jalan, wahh bener2 gag bisa ngantor niy pikirku hari ini, tapi setelah ku kasih sarapan pagi (tumbenn banget 1 piring nasi + perkedel + ikan teri medan habisss pagi ini) dia dah mulai mau jalan keluar, apalagi ngeliat ada sepupu perempuan nya yg ngajakin maen, ehhh dengan ta ti ti abang faiz nya jalannn sendirii, wwhhh Alhamdulillah ya Allah, terima kasih wak ibu tuti, akhir nya abang faiz dah baikan, dan bisa maen lagi...
Dannnn, bunda pun meluncurr ke kantor,
I love u much nakk, ....

catatan :
Tidak diketahui saecara pasti penyebab sakit kaki nya faiz,
apa karena kesandung batu, atau krn ketindih
ayahnya waktu tidur semlm, coz faiz nya kl bobo
dah muter 180 derajat. heheheee...pizzz ayahhhh....

Selasa, 01 September 2009

ASPIRASI SEBUAH KAMAR

Sebuah lemari usang berdiri kokoh didalam sebuah kamar. Sejenak ia berbisik menawarkan sesuatu pada teman karibnya. Sebuah rak buku yang senantiasa berdiri menemani di sampingnya; “ maukah engkau menjadi diriku?, dimana sesuatu yang berharga selalu tersimpan didalam tubuhku”. Rak buku yang berdiri disebelahnya menjawab.” Aku mau saja, tapi aku tidak berjanji memberikan jaminan, bahwa barang-barang berharga tersebut tidak akan hilang”. Sang lemari kembali bertanya; “ kenapa engkau seperti ragu, bukankah buku-buku seperti engkau jarang hilang? Padahal engkau tahu bahwa hal itu lebih berharga daripada tumpukan baju, perhiasan-perhiasan dan barang- barang berharga lainnya”.

Dalam perbincangan hangat antara dua sahabat tersebut, tiba-tiba muncul sebuah lantunan suara yang mengusik pendengaran mereka. Suara itu merupakan lantunan sebuah lagu yang berasal dari tape recorder yang tersimpan di pojok kamar tersebut” kita mesti berjuang, memerangi diri, bercermin dan banyaklah bercermin. Tuhan ada disini, didalam jiwa ini, berusahalah agar Dia tersenyum; berusahalah agar Dia tersenyum”.

Sebuah sampul kaset berlabelkan Best of the Best dari Ebiet G. Ade terletak disamping tape recorder tersebut. Ia menyahut lantunan suara teman yang ada disampingnya itu: simaklah barang sebentar; isi dari jiwaku ini meski kalian sibuk seharian dengan tugas-tugasmu “.

Suasana kamar itu semakin ramai manakala semua anggota-anggota kamar yang lain tergugah untuk ikut menyumbangkan suara mereka masing-masing. Kasur, bantal, dan guling sama-sama berkata :”kalian boleh berbangga dengan tugas-tugas kalian. Kalian sama sekali tidak merasakan penderitaan kami yang setiap saat menjadi alas, dimana peluh, isak tangis, injakan-injakan tak bertanggung jawab dan semua derita terlimpahkan diatas kami, benarkan pet? Seloroh mereka seraya meminta persetujuannya kepada karpet.
Dari sebelah atas, jam dinding tak mau ketinggalan memberikan suaranya: “biarlah kita mempunyai tugas masing-masing, asalkan mampu membagi waktu, mana hal terpenting yang menuntut prioritas untuk didahulukan terlebih dahulu”.”benar….!” Tiba-tiba almanak menyambut suara jam dinding dengan keras.” Jadikanlah setiap hari dari kalian indah dan penuh arti, seperti ilmu-ilmu yang tersimpan bagus dalam lembaran-lembaran sang buku yang kini tersimpan di tempat saudara kita sang rak buku. Ingatlah, sesungguhnya arti dari sesuatu hal adalah terdapat pada makna yang terkandungnya di dalam nya” tambah almanak dengan posisi tak bergeming disamping jendela kamar.
Keriuhan pembicaraan mereka yang membawa makna tiba-tiba tersentak oleh derit suara pintu yang dibuka oleh sang pemilik kamar. Terlihat wajahnya putih berseri tersiram air wudhu. Nampak butiran-butiran bekas air wudhu masih menempel di wajahnya. Setelah beberapa saat, tampak sang penghuni kamar menggelar sajadah. Sejak azan berkumandang tadi, ia telah berniat untuk melakukan sholat sebagai tanda syukur yang demikian besar akan segala nikmat yang telah Allah karuniakan kepadanya. Tak mampu lagi barang-barang penghuni kamar tersebut berkata-kata, meski mereka memperbincangkan sebuah hakikat. Karena Sang Hakikat yang sesungguhnya sedang hadir diantara mereka melalui kekhusu’an sujud sang hamba pemilik kamar.

Selamat Milad Faiz

1 September 2009

Selamat Milad sayang,
2 tahun sudah umur mu nak,
semoga tambah pinter,
sehat,
kuat,
kelak, jadi orang yg berguna bagi nusa, bangsa dan agama.
ROBBI HABLI MINASHOLIHIN,
amin, amin YA ALLAH....