Sebuah lemari usang berdiri kokoh didalam sebuah kamar. Sejenak ia berbisik menawarkan sesuatu pada teman karibnya. Sebuah rak buku yang senantiasa berdiri menemani di sampingnya; “ maukah engkau menjadi diriku?, dimana sesuatu yang berharga selalu tersimpan didalam tubuhku”. Rak buku yang berdiri disebelahnya menjawab.” Aku mau saja, tapi aku tidak berjanji memberikan jaminan, bahwa barang-barang berharga tersebut tidak akan hilang”. Sang lemari kembali bertanya; “ kenapa engkau seperti ragu, bukankah buku-buku seperti engkau jarang hilang? Padahal engkau tahu bahwa hal itu lebih berharga daripada tumpukan baju, perhiasan-perhiasan dan barang- barang berharga lainnya”.
Dalam perbincangan hangat antara dua sahabat tersebut, tiba-tiba muncul sebuah lantunan suara yang mengusik pendengaran mereka. Suara itu merupakan lantunan sebuah lagu yang berasal dari tape recorder yang tersimpan di pojok kamar tersebut” kita mesti berjuang, memerangi diri, bercermin dan banyaklah bercermin. Tuhan ada disini, didalam jiwa ini, berusahalah agar Dia tersenyum; berusahalah agar Dia tersenyum”.
Sebuah sampul kaset berlabelkan Best of the Best dari Ebiet G. Ade terletak disamping tape recorder tersebut. Ia menyahut lantunan suara teman yang ada disampingnya itu: simaklah barang sebentar; isi dari jiwaku ini meski kalian sibuk seharian dengan tugas-tugasmu “.
Suasana kamar itu semakin ramai manakala semua anggota-anggota kamar yang lain tergugah untuk ikut menyumbangkan suara mereka masing-masing. Kasur, bantal, dan guling sama-sama berkata :”kalian boleh berbangga dengan tugas-tugas kalian. Kalian sama sekali tidak merasakan penderitaan kami yang setiap saat menjadi alas, dimana peluh, isak tangis, injakan-injakan tak bertanggung jawab dan semua derita terlimpahkan diatas kami, benarkan pet? Seloroh mereka seraya meminta persetujuannya kepada karpet.
Dari sebelah atas, jam dinding tak mau ketinggalan memberikan suaranya: “biarlah kita mempunyai tugas masing-masing, asalkan mampu membagi waktu, mana hal terpenting yang menuntut prioritas untuk didahulukan terlebih dahulu”.”benar….!” Tiba-tiba almanak menyambut suara jam dinding dengan keras.” Jadikanlah setiap hari dari kalian indah dan penuh arti, seperti ilmu-ilmu yang tersimpan bagus dalam lembaran-lembaran sang buku yang kini tersimpan di tempat saudara kita sang rak buku. Ingatlah, sesungguhnya arti dari sesuatu hal adalah terdapat pada makna yang terkandungnya di dalam nya” tambah almanak dengan posisi tak bergeming disamping jendela kamar.
Keriuhan pembicaraan mereka yang membawa makna tiba-tiba tersentak oleh derit suara pintu yang dibuka oleh sang pemilik kamar. Terlihat wajahnya putih berseri tersiram air wudhu. Nampak butiran-butiran bekas air wudhu masih menempel di wajahnya. Setelah beberapa saat, tampak sang penghuni kamar menggelar sajadah. Sejak azan berkumandang tadi, ia telah berniat untuk melakukan sholat sebagai tanda syukur yang demikian besar akan segala nikmat yang telah Allah karuniakan kepadanya. Tak mampu lagi barang-barang penghuni kamar tersebut berkata-kata, meski mereka memperbincangkan sebuah hakikat. Karena Sang Hakikat yang sesungguhnya sedang hadir diantara mereka melalui kekhusu’an sujud sang hamba pemilik kamar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar